
Sukabumi – Proyek Irigasi di Kampung Muara Cikembar, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi yang dikerjakan oleh CV. Jaja Sunarya Karya yang dalam proses pengerjaan itu diduga menggunakan material batu dari bantaran sungai wahangan Cikembar. Hal tersebut diketahui setelah awak media lakukan penelusuran langsung ke lokasi irigasi.
Proyek pembangunan Irigasi yang menelan anggaran sebesar 8.6 miliar itu, yang dibangun di dua Desa, yaitu Desa Sukamaju dan Desa Cimanggu Kecamatan Cikembar.
Saat ditemui di Kantor Desa Cimanggu, Kades Baenuri Samsi (16/02) membeberkan kepada awak Media kaitan soal Irigasi tersebut, ia merasa prihatin dan kecewa atas kondisi pekerjaan semua itu. Karena sampai dengan hari ini pekerjaan belum juga tuntas.
“Mirisnya masa kontrak pekerjaan itu selama 7 bulan, mulai kira – kira mau puasa Ramadhan dan sekarang sudah mau masuk ke bulan Ramadhan lagi. Kalau diperkirakan itu hasilnya baru mencapai 80% untuk Cimanggu. Yang sangat memprihatinkan adalah proyek pekerjaan yang di Sukamaju, mungkin baru mencapai 50% pekerjaan,”
Sementara Maman Selaku Ketua GP3A Mitra Cai Mandiri Bersatu untuk dua Desa, Cimanggu – Sukamaju saat dimintai tanggapan terkait pembangunan Irigasi melalui Via Whatsapp (16/02), ia cuma baca saja dan tak merespon apapun alias memilih bungkam.

Padahal nama kelompok GP3A Mitra Cai itu adalah pihak yang disebut – sebut oleh Budi Selaku Pelaksana dari CV. Jaja Sunarya Karya itu tau soal progres pembangunan irigasi skaligus soal upah para pekerja yang belum dibayarkan sampai dengan hari ini.
Kemudian Team Media bertemu dengan Dading S.Pd selaku Sekmat Cikembar bincang – bincang soal Irigasi di dua Desa Tersebut. setelah dikonfirmasi kaitan dengan adanya informasi dari Pihak CV. Jaja Sunarya Karya yang diwakili oleh Budi bahwa pekerjaan itu sudah tuntas. Namun fakta visum pekerjaan itu baru masuk satu yaitu Desa Cimanggu. Sedangkan untuk Desa Sukamaju belum ada visumnya dari Kecamatan.”katanya.
Terkait proses pekerjaan Irigasi tersebut kini mendapatkan sorotan tajam dari banyak pihak, termasuk dari kang Asep Ronaldy ( Apes ) selaku pengamat Publik. Dirinya mengaku sangat terkejut dengan adanya proyek Irigasi yang menelan biaya cukup pantastis.
“Namun faktanya tidaklah realistis sesuai harapan masyarakat. Tapi sebaliknya justru membuat masyarakat menangis karena dampak dari program pembangunan irigasi yang asal – asalan itu, membuat para petani sudah tidak bisa bercocok tanam padi lagi kurang lebih 4 musim,”tuturnya
Apalagi lanjut Apes, “Bahwa ada informasi soal upah para pekerja yang belum dibayarkan sampai dengan hari ini, Sungguh sangat miris! Masa dari yang angka 8,6 miliar itu tidak bisa bayar upah para pekerja,”cetusnya
Masih Apes,”Dimohon kepada para pihak berwenang agar sudi kiranya mengingatkan pihak CV selaku pengelola untuk secepatnya membayar upah para pekerja tersebut, Karena meraka juga sangat membutuhkan untuk menghidupi anak dan istrinya,”tandasnya
Reporter : Iim Caspiana