Kampus & Mahasiswa Futuristik Peradaban
Oleh : Hasyim Khafani
Pimpinan Sekolah Kita Menulis (SKM) Cabang Sumenep
Kampus; merupkan wahana dalam menempuh pendidikan, pendidikan yang dilakukan adalah untuk mengembangkan jati diri, penanaman nilai moral dan integritas (Caracter) serta menggali potensi-potensi yang sesuai dengan minat dan bakat. Bahkan tak jarang dijumpai kampus menjadi tempat untuk menggantungkan harapan, melambungkan tinggi cita-cita yang hendak ingin dicapai.
Kampus; merupakan perguruan tinggi dalam dunia pendidikan, menjadi wadah candradimuka untuk melahirkan intelektual yang bukan hanya memiliki kemampuan teoritis akan tetapi konstruk lebih jauh dari pada itu adalah untuk melahirkan cendikiawan berintelektualitas menjadikannya sebagai ilmuan. Perguruan tinggi setiap tahun menerima peserta didik baru dan kemudian menyandang gelar penuh dengan keistimewaan yang di sebut sebagai mahasiswa.
Mahasiswa; adalah seseorang yang mendaftarkan diri dalam perguruan tinggi baik PTS maupun PTN dan terdaftar didalamnya dengan bukti Kartu Tanda Mahasiswa, mereka akan dihadapkan pada suatu nuansa yang memerlukan masa transisi dalam prosesnya. Mahasiswa akan mendapatkan suatu pembelajaran, yaitu belajar tanpa di arahkan, berfikir tanpa disuruh, dan bertindak tanpa di perintah.
Namun dalam perkembangannya, Kampus pada abad ke-21 yang didukung oleh kemajuan teknologi 5.0 dengan keterbukaan akses dari segala sisi dan aspek belum mampu menyadarkan mahasiswa tentang betapa pentingnya mereguk dalamnya ilmu pengetahuan, teknologi 5.0 seharusnya menjadi solusi untuk menunjang kreativitas, tetapi sebaliknya menjadi bumerang bagi mahasiswa (Arus balik Perkembangan). Mahasiswa kehilangan jati diri, disebabkan karena terjebak dalam nuansa fana (kenyamanan sesaat, keasikan sebentar, dan kenikmatan yang semu), mahasiswa di era sekarang banyak disibukkan dalam persoalan yang tidak mendukung semangatnya (degrasi semangat) dan ada distorsi terhadap dirinya sendiri.
Pergulatan dalam perguruan tinggi; banyak problem yang terjadi, misalnya permasalahan secara faktor internal dalam ranah biaya mahalnya kampus, dan fasilitas yang kurang memadai. Sedangkan faktor eksternalnya tidak ada dukungan dari pemerintah dalam hal perluasan lahan, tidak ada program pemerintah yang berdampak secara signifikan kepada kampus & mahasiswa. Begitupula problem yang dialami oleh mahasiswa, yaitu dalam semangat belajar, budaya literasi dan berdiskusi, serta problem lingkungan kampus yang tidak kondusif. Ada ketakutan dalam diri mahasiswa ketika bersikap kritis dan mengkritisi sesuatu dalam kampus maka ada bayang-banyang ancaman nilai (Angka) dari dosen, takut diperlambat dan dipersulit ketika mengurus keperluannya dalam kampus, sebut saja faktor internal yang di intervensi oleh faktor ekrternal dalam persoalan kebiasan (socio-kultural) yang diakibatkan feodalisme tetap berjalan. Misalnya; sering kali dijumpai ketika mahasiswa melakukan aksi demonstrasi sangat kritis berhadapan dengan Pejabat Publik, akan tetapi ketika dihadapan pimpinan kampus idealisme kritisnya terjebak oleh banyangan ketakutan. Problem-problem yang terjadi dalam pergulatan kampus menyebabkan kerugian terhadap kemajuan peradaban (Kampus belum mampu melahirkan cendekiawan yang betul-betul kompeten dalam bidang keilmuanya), tentu dalam hal kemajuan peradaban bisa dihasilkan oleh lingkungan kampus kultur yang kondusif, serta peradaban dihasilkan oleh orang yang berpendidikan (Intelektual) untuk menghasilkan terobosan baru dalam menghadapi perkembangan zaman yang tidak terbendung.
Untuk menjawab problem yang terjadi dalam pergulatan kampus, Bagaimana proses perbaikannya, katakan saja bagaimana solusinya?; jawaban untuk pertanyaan itu hanya bisa dicanangkan (Rencana tersusun & sistematis) oleh program kerja pemerintah dan diimpletasikan oleh kampus (Perguruan Tinggi), serta dilaksanakan secara konsisten oleh mahasiswa, artinya ada kesinambungan (sinergitas) yang berkelanjutan (Continue) untuk menyongsong kemajuan peradaban.