Belakangan ini, perbincangan hangat mencuat di kalangan narasumber pemerintah tentang keberadaan sosok yang kerap datang mengaku wartawan, namun hasil wawancaranya tak pernah muncul di publikasi mana pun. Fenomena ini ramai dibicarakan oleh para narasumber yang merasa janggal dengan gaya kerja oknum tersebut, yang seringkali datang hanya bermodal Kartu Tanda Anggota (KTA), tanpa ada kejelasan apakah ia memang seorang jurnalis resmi atau bukan.
“Sudah sering kami diwawancara oleh orang yang sama, tapi anehnya hasil wawancaranya tidak pernah kami temukan di media mana pun,” keluh salah satu narasumber. “Tiap kali datang, dia selalu memperkenalkan diri sebagai wartawan, tapi sampai sekarang tidak pernah ada satu pun beritanya.”
Menurut sejumlah pengamat media, kasus semacam ini semakin sering ditemukan. Alih-alih bekerja profesional, oknum yang membawa-bawa KTA “wartawan” ini diduga hanya mencari keuntungan pribadi atau memanfaatkan akses ke instansi pemerintahan demi kepentingan tertentu. Terlebih lagi, beberapa narasumber mengaku ragu akan keaslian KTA yang dibawa oleh oknum tersebut.
Praktik seperti ini tentu merugikan citra jurnalis profesional yang selama ini bekerja dengan etika dan integritas. Mereka yang bekerja sungguh-sungguh di lapangan berusaha menyajikan informasi yang transparan dan akurat bagi publik. Para narasumber berharap, ke depan, institusi pemerintah lebih selektif dalam menerima dan memberi akses kepada pihak-pihak yang benar-benar terverifikasi.
(Raden Anton Wibisono)