Perayaan Hari Buruh yang jatuh pada 1 Mei tidak hanya memperingati perjuangan pekerja, tetapi juga menjadi saat untuk mengenang penderitaan buruh anak di masa lalu.
Artikel ini membahas kisah memilukan anak-anak kecil yang terpaksa bekerja keras demi membantu keluarga mereka, terjebak dalam eksploitasi industri pada era lampau.
Di balik gemerlapnya industri dan kemajuan ekonomi, tersimpan kisah-kisah kelam tentang anak-anak yang kehilangan masa kecil mereka.
Tangan-tangan kecil yang seharusnya memegang permen dan es krim malah terpaksa bekerja di lingkungan yang kasar dan berbahaya.
Artikel ini menyelami kisah buruh anak di berbagai sektor industri, mulai dari pabrik cerutu, pabrik tempat tidur, hingga tambang batubara.
Salah satu tokoh yang mendokumentasikan realitas suram buruh anak adalah Lewis Hine. Foto-fotonya menampilkan sisi gelap dunia industri, di mana anak-anak bekerja di ruang yang penuh sesak dan kotor di pabrik cerutu. Dalam gambaran Hine, anak-anak berusia delapan hingga sepuluh tahun bekerja di antara orang dewasa yang mengupas daun tembakau untuk produksi cerutu.
Hine juga mendokumentasikan anak-anak yang bekerja di pabrik tempat tidur, yang terlibat dalam proses produksi dengan alat-alat tajam tanpa perlindungan. Mereka harus menghubungkan per kawat dan menariknya ke rangka tempat tidur, berisiko terhadap kecelakaan dan cedera.
Di tambang batubara, anak-anak yang disebut “Breaker Boys” menghilangkan kotoran dari batubara. Mereka duduk selama berjam-jam dalam kondisi berdebu dan ruang yang sempit, sementara seorang pengawas yang disebut “supir budak” berdiri untuk mengawasi mereka dengan keras.
Kisah menyedihkan lainnya datang dari seorang anak bernama Frank Wiegel, yang bekerja di pabrik wallpaper dengan jam kerja yang panjang. Dia tertidur karena kelelahan dan tanpa sengaja menekan pedal kontrol yang mengoperasikan mesin, menyebabkan tangannya hancur. Perusahaan tersebut akhirnya menghadapi tuntutan hukum dan harus membayar kompensasi.
Sejarah eksploitasi buruh anak telah mendorong pembentukan Komite Perlindungan Anak pada tahun 1904. Komite ini bertujuan untuk mengakhiri praktik buruh anak yang berbahaya, meskipun sampai sekarang, penggunaan buruh anak masih menjadi masalah global yang serius.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan ada sekitar 73 juta anak di bawah usia sepuluh tahun yang bekerja sebagai buruh di seluruh dunia. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, perjuangan untuk melindungi hak-hak anak dan memastikan keselamatan mereka masih berlanjut.
Sumber : nationalgeographic.grid.id