Penggunaan Teknologi Artifical Intelligence Mengancam Pengurangan Pekerja Tenaga Manusia

Liputanjurnalis.com-Kecerdasan buatan atau yang belakangan dikenal dengan Artificial Intelligence/A.I sepertinya sudah memasuki tahap paripurna sebagai bentuk kecerdasan ilmiah saat ini. Perkembangannya pun sudah sering didemonstrasikan dalam berbagai bentuk tekonologi yang dirasa menguntungkan bersama berbagai platform.

Hal ini menjadi menarik sehingga Andi Nauval Ramadhan menuliskan skripsinya dalam tema Penggunaan AI dalam Pengurangan Lapangan Pekerjaan Bagi Manusia.Khususnya dalam perangkat-perangkat elektronik, yang selalu ambil bagian dalam roda kehidupan manusia. Terlebih dalam aspek industri, yang secara perlahan mulai mengkolaborasikan diri dengan kecerdasan buatan. Walau mekanisme mesin sudah dijadikan syarat utama dalam industri modern, menambahkan unsur kecerdasan buatan sepertinya telah menjadi gambaran masa depan dunia.

Bacaan Lainnya

Dampak penggunaan AI juga akan dirasakan dalam perubahan waktu kerja di berbagai sektor. Dari data olahan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS tahun 2021,rata-rata waktu bekerja para pekerja di Indonesia adalah 8 jam per hari. Namun, dengan adopsi AI, waktu kerja tersebut diprediksi dapat dipersingkat menjadi 6 jam per hari, dengan sisa 2 jam yang dapat dikerjakan oleh AI.

Hal ini tentu saja dapat membahayakan bagi peluang kerja, yang saat ini secara perlahan telah digantikan dengan sistem komputer. Mekanisme mesin yang mengganti kerja manusia seolah telah memberi peluang berbagai sektor dalam mengembangkan A.I pada setiap perusahaannya. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Brooking Institution sejak tahun 2019 silam.

Bahkan kini A.I dapat dilatih sesuai dengan keinginan memperspektifkan sesuatu melalui perintah yang diterimanya. Apalagi jika menyangkut pada sistem keamanan digital, seperti yang telah dikemukakan dalam makalah The Malicious Use of Artificial Intelligence: Forecasting, Prevention, and Mitigation beberapa waktu lalu.

Dua aspek tersebut sepertinya dapat menjadi bahan refleksi dalam melihat masa depan A.I bagi kehidupan manusia. Walau secara perhitungan, teknologi A.I dikatakan dapat memberi ruang kerja baru. Namun ini kiranya hanya dalam sektor tertentu saja, karena sektor industri berskala besar, justru akan terdampak karena akan melakukan pengurangan jumlah pekerja secara masal.

Ini baru beberapa aspek yang menjadikan teknologi A.I akan berdampak besar dalam sektor sosial. Bencana atas dampak dari pengangguran tentu dapat membuat konflik multidimensi yang tak terhindarkan. Kita tidak akan hitung berapa besaran keuntungan bagi penyedia layanan A.I dalam mode kerjanya.

Tentunya dengan mengurangi jumlah manusia yang terlibat dalam industri besar, sudah dapat diprediksi betapa A.I sangat menguntungkan bagi kalangan tertentu. Apalagi jika teknologi ini dapat dikembangkan sesuai keinginan pribadi, dan konon identik dengan aksi kejahatan cyber.

Bahkan Elon Musk sempat mengingatkan akan bahaya A.I jika mampu mengkontrol sistem persenjataan militer. Tentu tidak akan dapat dibayangkan, jika suatu waktu manusia justru dikontrol oleh kecerdasan buatan yang tengah dikembangkan kini. Mereka dapat memberikan persepsi layaknya manusia, dengan mengembangkan penalaran secara ilmiah dan keputusannya sendiri.

Artificial Intelligence (AI) merupakan cabang ilmu komputer yang berurusan dengan perilaku cerdas, pembelajaran, dan adaptasi mesin.Harapan bagi industri tentu saja berkenaan dengan teknologi mesin yang terbaharukan. Seiring dengan perkembangan zaman, yang telah beralih pada era mesin. Namun bukan mesin konvensional, melainkan mesin berkecerdasan yang memiliki penalaran sendiri terhadap barang yang dibuatnya.

Penulis: Red
Sumber: Andi Nauval Ramadhan
Editor: A Zaenal

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *