BOGOR,liputanjurnalis.com- Pembangunan infrastruktur yang dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tidak hanya mengarahkan pembangunan nasional untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi semata, tetapi juga upaya untuk memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa Indonesia, Kamis (07/12/2023).
Namun sangat disayangkan jika pembangunan tersebut malah dijadikan ajang korupsi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Seperti salah satu pekerjaan PUPR di Desa Cibalung, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor – Jawa Barat. Dengan besar anggaran Rp.191.335.000,00 dipercayakan kepada CV. Wijaya Kusuma selaku pelaksana dan CV. Pasang Sumber Arta sebagai konsultan pengawas.
Diduga ada praktik korupsi, karena saat awak media liputan jurnalis menyambangi lokasi tersebut ditemukan beberapa kejanggalan.
Seperti pondasi yang menggunakan pasir dan semen kering untuk pemasangan batu pondasi dengan arus air yang tetap mengalir deras. Bahkan spek ketinggian pondasi dan existing juga berbeda dimana dalam gambar ukuran pondasi 400cm dan existing 1200cm yang jika diukur keseluruhan 1600cm. Namun ketika awak media memastikan ukuran tersebut ternyata ketinggian dari pondasi hingga existing hanya berukuran 1400cm.
Tidak hanya itu bahkan batu bongkaran dari pembangunan sebelumnya di pasangkan kembali pada pembangunan existing yang kini tengah berlangsung.
Bahkan peletakan papan informasi dalam gambar rekontruksi seharusnya menggunakan tiang kayu ukuran kayu 4/6 dengan ketinggian 2500cm dan lebar 1000cm serta menggunakan triplek 3mm dan pondasi adukan semen untuk tiang masing 500cm X 200cm, namun justru ditempel menggunakan paku pada dinding rumah warga.
“Aliran air tidak bisa dibendung karena warga melalui RT mengatakan kalo aliran itu di tutup akan berpengaruh besar untuk warga, kalopun hanya sebelah dibendungnya tetap saja tanahnya basah, mangknya kami menggunakan adukan pasir dan semen kering kalo pake adukan basah pastinya tidak menempel dengan baik karena tergerus oleh aliran air”, ucap Uceng selaku mandor.
Meskipun jelas ditemukan bahwa banyak adukan yang bolong akibat tergerus aliran air, bahkan adukan kering yang disebut oleh mandor tidaklah diperbolehkan.
“Soal selisih spek antara gambar rekontruksi dengan realisasi yang sudah terjadi tidak mungkin kami bongkar kembali, tapi akan kami perbaiki dalam pengerjaan selanjutnya, karena yang sudah terpasang gak mungkin kami bongkar lagi”, pungkasnya.